Rabu, 31 Januari 2018

TIDAK TAAT BERARTI BODOH

Janganlah mendefinisikan orang bodoh sebatas orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan belaka. Namun, yang sebetulnya bodoh adalah orang yang tak mau menaati Allah walaupun ia

termasuk pemikir besar atau salah satu cendekiawan ternama.Allah berfirman, “Namun sebagian besar manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sementara terhadap akhirat mereka lalai.” (Q.S. ar-Rum [30]: 6-7).


Allah mencela mereka karena pintar dalam urusan dunia tapi bodoh dalam urusan agama. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara kebodohan dan pengetahuan yang hanya mencakup lahiriahnya kehidupan dunia. Ayat tersebut sekaligus menegaskan bahwa kehidupan dunia mempunyai dua aspek: lahiriah dan batiniah. Aspek lahiriah nya meliputi segala kenikmatan perhiasan dunia yang diketahui oleh orang-orang bodoh. Adapun aspek batiniah nya adalah bahwa ia merupakan jalan menembus ke alam akhirat. Bekal menuju ke sana berbentuk ketaatan dan amal-amal saleh.

Engkau cukup bodoh jika Allah memperlakukanmu secara baik, sayang, dan setia, sementara engkau memperlakukan-Nya dengan sikap menentang dan acuh. Yang disebut tokoh bukanlah yang memimpin manusia dan berpidato di tengah majelis atau forum, sedangkan dirinya dibiarkan tenggelam dalam kubangan dosa. Namun, yang disebut tokoh adalah yang memperbaiki diri dan insaf dan kelalaian untuk taat kepada Tuhan. Allah berfirman, “Mereka adalah para tokoh yang tidak dilalaikan oleh urusan bisnis dan tidak (pula) oleh jual beli dan mengingat Allah, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari saat hati dan penglihatan menjadi guncang. Allah akan membalas mereka dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah menambah karuniaNya untuk mereka. Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas.” (Q.S. an-Nur : 37-38).

Engkau sangat bodoh kalau senantiasa memperhatikan kesalahan kecil orang lain sementara kesalahanmu yang besar kau lupakan. Sungguh beruntung mereka yang disibukkan oleh aibnya sendiri hingga lupa terhadap aib orang lain.

Engkau adalah seperti dua orang manusia yang membeli sebidang tanah. Yang satu mengambil bagiannya. Lalu ia segera membersihkan tanah tersebut dari duri dan rumput. Ia mulai menanam, menuai benih, memelihara, dan menyiramkan air. Tak lama kemudian tanaman pun tumbuh, tanahnya mulai menghijau, dan berbuah. Buahnya bisa dipetik dan dimanfaatkan. Itulah contoh orang yang tumbuh besar dengan melakukan amal taat dan menjauhkan maksiat. Kalbunya bersinar, kenikmatan taat terasa, dan ia pun menunggu ganjaran upah di hari perhitungan nanti.

Adapun orang yang satunya lagi, ia membiarkan tanahnya sehingga duri dan rumput yang merusak tumbuh di dalamnya. Akhirnya ia menjadi tempat tinggal berbagai ulat dan ular. Ini adalah contoh orang bodoh yang membiarkan dirinya didiami oleh hawa nafsu dan setan sehingga kalbunya menjadi gelap dengan maksiat dan dosa. Ia tertawan oleh aneka kenikmatan dan kelezatan syahwat. Yang tumbuh di kalbunya adalah kesenangan pada yang munkar. Anggota tubuhnya juga berkembang dan suplai makanan haram. Allah berfirman, “Apakah orang yang berjalan dengan wajah tersungkur lebih mendapat petunjuk? Ataukah orang yang berjalan dengan tegak di jalan yang lurus?”(Q.S. al-Mulk : 22).

Orang yang bodoh adalah yang senantiasa memperhatikan dunia dengan mengabaikan akhirat, serta rela terhadap kehidupan dunia dan condong kepadanya. Ia sama seperti orang yang sedang didatangi singa yang siap memangsa. Namun, tiba-tiba ada seekor kutu yang menggigitnya. Ia pun kaget dan sibuk mencari kutu tersebut sehingga lupa terhadap singa tadi. Tentu saja sang singa menyerang dan menyantapnya.Orang yang lalai terhadap Allah, sibuk dengan hal yang remeh-temeh. Sementara orang yang tidak Ialai pasti hanya akan sibuk dengan Allah. Orang yang perhatiannya sibuk dengan dunia yang hina dan fana ini sehingga melupakan akhirat yang agung dan kekal, berarti ia tertipu dan bodoh.

Lebih baik engkau kehilangan dunia tapi mendapat akhirat. ini adalah yang terbaik bagimu. Sebaliknya, betapa buruknya jika engkau kehilangan akhirat hanya untuk mendapat dunia. Betapa buruknya orang yang mencari dunia dengan menampakkan sikap zuhud di hadapan manusia. Allah berfirman, “Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan kemewahannya, niscaya Kami berikan padanya balasan amal perbuatan nya di dunia sepenuhnya dan mereka di dunia ini takkan dirugikan. Mereka adalah orang-orang yang takkan mendapat jatah sama sekali di akhirat kecuali neraka.. Gugurlah semua amal perbuatan mereka serta terhapuslah apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Hud :15-16).

Engkau terhitung bodoh kalau cemburu pada istrimu tapi tak pernah cemburu pada imanmu sendiri. Engkau cemburu pada istrimu karena hawa nafsu dan syahwat, sementara engkau tidak cemburu pada kalbumu karena Tuhan. Kalau engkau menjaga apa yang menjadi hakmu, mengapa engkau tidak menjaga apa yang menjadi hak Allah?

Engkau cukup bodoh kalau merasa iri dan dengki terhadap karunia yang diberikan kepada penghuni dunia. Jika kalbumu diliputi oleh kedengkian terhadap apa yang menjadi milik mereka berarti engkau lebih bodoh dan mereka. Sebab, mereka sibuk dengan karunia yang diberikan kepada mereka, sementara engkau sibuk dengan sesuatu yang tak diberikan kepadamu. Manakala mata mulai kabur, engkau segera mengobatinya. Engkau keluarkan uang dalam jumlah banyak dengan harapan bisa kembali melihat indahnya dunia.Sementara, ketika mata batin (bashirah) kabur dan buram selama empat puluh tahun, engkau tidak pernah mengobatinya dan tidak pernah bersedih. Engkau tak pernah mencari dokter keimanan yang bisa melakukan terapi atasnya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya mata tersebut tidak buta. Tetapi, yang buta adalah kalbu yang terdapat di dalam dada.”(Q.S. al-liajj : 46).

Engkau sungguh bodoh, sebab kalau orang-orang menyimpan makanan untuk memenuhi kebutuhan mereka, engkau menyimpan sesuatu yang berbahaya, yaitu maksiat dan hukuman Allah di hari kiamat. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang membawa ular lalu ia dipelihara di rumahnya? Begitulah yang kau lakukan.

Engkau sungguh bodoh kalau mengandalkan makhluk lalu meninggalkan pintu Sang Khaliq, Allah Ta’ala. Engkau sungguh bodoh kalau tamak terhadap apa yang ada ditangan orang dan mengharap kebaikan mereka, sementara pada saat yang sama tidak tamak terhadap apa yang ada di sisi Allah, tidak meminta kebaikan dari-Nya, serta tidak menggantungkan harapanpada-Nya. Engkau telah melakukan berbagai maksiat dari seluruh sisi. Tidakkah engkau merasa sedih dan menyesali diri? Tidakkah engkau merasa sakit akibat terjerumus pada jurang kegagalan dan kesesatan?

Orang yang cerdas adalah yang mengetahui jalan menuju Allah lalu ia meniti dan mengikuti jalan tersebut. Sementara orang yang bodoh adalah yang tersesat dan jalan ketaatan lalu meniti jalan kesesatan. Ketika berkomentar tentang orang-orang yang bodoh dan sesat, Allah berfirman, “Apabila mereka melihat jalan petunjuk, mereka tidak meniti jalan tersebut. Tetapi, apabila melihat jalan kesesatan, mereka melaluinya. Itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka lalai terhadapnya.” (Q.S. al-A’raf : 146).



MENGINGAT MATI DAN HAKIKAT MATI




Al-Ghazali…
Kesembilan maqam ruhani yang telah kami sebutkan terdahulu bukanlah satu kategori yang berdiri sendiri-sendiri. Justru sebagian diantaranya menunjukkan esensi maqam lainnya, seperti prinsip atau maqam cinta (mahabbah) dan prinsip atau maqam ridha (rela terhadap ketetapan Allah); keduanya merupakan maqam tertinggi. Di antara maqam tersebut saling berkait dengan maqam lainnya, seperti maqam tobat dan zuhud; maqam takut (khauf) dan sabar. Sebab, tobat itu merupakan tindakan kembali dari jalan yang menjauhkan (diri dari Allah) menuju jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan zuhud merupakan tindakan meninggalkan ragam kesibukan yang menghalangi pendekatan diri kepada-Nya; rasa takut (al-khauf) merupakan cambuk yang menggiring perilaku untuk meninggalkan kesibukan-kesibukan tersebut. Sabar adalah perjuangan ruhani melawan ragam nafsu yang menghalangi jalan pendekatan diri kepada-Nya.

Jadi, masing-masing maqam tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, melalui ma’rifat dan mahabbah, yang berdiri sendiri. Hanya saja, ma’rifat dan mahabbah tidak dapat berwujud sempurna, kecuali dengan cara menafikan rasa cinta kepada selain Allah dalam kalbu. Untuk kepentingan tersebut memerlukan al-khauf, sabar dan zuhud. Di antara hal yang besar manfaat dan fungsinya dalam hal ini adalah mengingat akan mati. Inilah pembahasan yang kami maksudkan.

Syariat memberikan imbalan pahala yang besar terhadap orang yang suka mengingat mati. Sebab dengan mengingat mati, akan menyulitkan dirinya dalam mencintai dunia, selain memutus hubungan hati dengan dunia itu sendiri. Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu Iari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.” (Q.s. Al-Jumu’ah: 8).

Rasulullah Saw. bersabda: “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan-kelezatan!” (Al-Hadis).

Beliau juga bersabda, “Barangsiapa tidak menyukai pertemuan dengan Allah, Allah pun tidak suka bertemu dengannya.”

Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, adakah seseorang yang dikumpulkan bersama para syuhada’ (orang yang mati syahid)?” tanya Aisyah r.a.“Benar,” jawab Rasulullah, “yaitu, orang yang mengingat mati duapuluh kali dalam sehari semalam.”

Rasulullah Saw. melintasi sebuah majelis yang penuh dengan gelak tawa, lalu beliau bersabda, “Campurilah majelis kalian dengan pengaruh kelezatan-kelezatan!”

“Apakah itu?” di antara mereka mengajukan pertanyaan. “Maut,“ jawab beliau singkat.


Rasulullah Saw. bersabda, “Andaikata binatang-binatang itu tahu akan kematian sebagaimana manusia (mengetahuinya), tentu kalian tidak akan makan daging yang gemuk darinya.”Sabda beliau pula, “Cukup maut sebagai pemberi peringatan.”

Sabdanya:
“Aku tinggalkan dua pemberi peringatan di tengah-tengah kalian, yang diam dan dapat berbicara. Yang diam adalah maut, sedangkan yang berbicara adalah Al-Qur’an.” (Al-Hadis).

Ada seorang laki-laki yang disebut-sebut di sisi Rasulullah Saw, orang itu selalu dipuji dengan baik. Lalu Rasulullah Saw bertanya, “Bagaimana teman kalian itu men yebut mati?”

“Kami hampir tidak pernah mendengar dia mengingat mati,” Jawab mereka.“(Jika demikian),
maka sesungguhnya teman kalian itu bukanlah di situ,” jawab beliau. Seorang sahabat dan kaum Anshar bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling cerdas dan mulia?” tanya seorang laki-laki dan (kaurn) Anshar. “Yang paling banyak mengingat mati di antara mereka, dan yang paling banyak (tekun) mempersiapkan diri menghadapi kematian. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas, mereka pergi dengan kelegaan dunia dan kemuliaan akhirat,” sabda beliau.

Manfaat Ingat Kematian
Mati merupakan persoalan besar, sekaligus masalah yang luar biasa. Tiada sesuatu pun yang luar biasa melebihi kematian ini. Mengingat mati besar manfaatnya. Kematian dapat mempersempit kehidupan dunia dan menjadikan hati benci pada dunia.Membenci duniawi merupakan pangkal segala kebaikan, sebagaimana cinta dunia merupakan pangkal dari segala kesalahan.

Bagi orang ‘arif (ahli ma’rifat) mengingat Allah itu memiliki dua fungsi dan kegunaan: Pertama,
benci pada dunia, dan kedua, rindu akhirat. Orang yang mencintai-tidak mustahil-pasti merasakan rindu. Rindu pada hal-hal yang bisa diraba, pengertiannya adalah, penyempurnaan fantasi untuk mencapai pada penyaksian langsung.

Rasa rindu kepada-Nya pasti bisa dicapai melalui fantasi, tanpa penglihatan dengan mata.
Hal-ihwal akhirat dan kenikmatannya berikut keindahan hadirat ketuhanan, bagi orang ‘arif diketahui dalam bentuk seakan-akan dia melihat dari balik tirai tipis pada waktu mendung dan cahaya remang. Dia merindukan kesempunaan itu melalui tajalli dan musyahadah. Dia tahu bahwa hal tersebut tidak akan terjadi, kecuali dengan maut; karenanya dia tidak benci mati, sebab dia tidak membenci pertemuan dengan Allah Swt, bahkan dia menyukai pertemuan dengan-Nya.

Orientasi duniawi muncul disebabkan oleh kurangnya mengingat mati. Cara untuk bertafakur pada kematian ialah, hendaklah seseorang mengosongkan pikiran dan ingatannya selain kematian. Lalu duduk berkhalwat dan mengendalikan ingatan tentang mati dengan lubuk kalbunya. Mula-mula ia mengingat tentang sahabat-sahabatnya yang telah lalu (meninggal dunia), mengingat mereka satu persatu, lalu mengingat sifat rakus, ambisi, angan-angan dan kecintaan mereka terhadap kedudukan dan harta. Kemudian mengingat pergulatan mereka menjelang direnggut maut dan penyesalannya menyia-nyiakan waktu dan umur. Selanjutnya bertafakur tentang tubuh-tubuh mereka: Bagaimana tubuh-tubuh tersebut terobek-robek dalam tanah dan menjadi bangkai yang dimakan ulat. Lalu, mengembalikan kepada dirinya, bahwa dirinya seperti salah seorang di antara mereka: Angan-angannya seperti angan-angan mereka dan pergulatannya (nanti menjelang kematian) seperti pergulatan mereka. Kemudian perhatiannya dialihkan pada anggota-anggota tubuhnya, bagaimana nanti ia menjadi remuk; selanjutnya dialihkan pada biji matanya, ketika nanti ia dimakan ulat; pada lidahnya ketika lidah itu menjadi usang kemudian menjadi bangkai di dalam mulutnya.

Apabila Anda melakukan hal itu, maka bagi Anda dunia atau harta-benda itu kecil dan hina, dan Anda menjadi bahagia. Sebab, orang yang bahagia itu adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain. Karena itulah Rasulullah Saw bersabda:

“Hai manusia, seakan-akan maut itu telah ditetapkan kepada selain kita, seakan-akan kebenaran itu telah diwajibkan kepada selain kita, dan seakan-akan orang-orang mati yang kita antarkan baru saja pergi, mereka kembali kepada kita, kita tempatkan mereka di makam-makamnya dan kita makan harta-harta peninggalan (warisan)nya, seakan-akan kita (hidup) kekal setelah mereka.
Kita melupakan setiap peringatan dan aman (terbebas) dari bencana.” (Al-Ha dis).Lamunan Panjang.

Lamunan panjang merupakan akar dari kelalaian mengingat mati. Lamunan itu merupakan kebodohan yang sebenarnya. Karena itulah Rasulullah Saw. bersabda kepada Abdullah bin Umar r.a.: “Jika masuk waktu pagi, jangan kamu bicarai dirimu tentang sore har. Bila masuk waktu sore, jangan kamu bicarai dirimu tentang pagi. Ambil (kesempatan) dari hidupmu untuk matimu, dari sehatmu untuk sakitmu, sebab kamu hai Abdullah, tidak tahu apa namamu esok hari.” (Al-Hadis).

Rasulullah Saw juga bersabda, “Ada dua kebiasaan (perangai) yang paling aku takutkan pada ummatku, yaitu: menuruti hawa nafsu dan lamunan panjang.”Usamah membeli budak wanita sampai dua bulan dengan harga seratus, lalu Rasulullah Saw. berkata:

“Apakah kalian tidak merasa heran kepada Usamah, orang yang membeli (budak wanita) sampai dua bulan? Sungguh Usamah itu panjang lamunannya. Demi jiwaku yang ada pada kekuasaan-Nya, aku tidak akan mengejapkan kedua mataku, kecuali aku telah mengira bahwa tempat tumbuhnya bulu pelupuk mata tidak dapat mengatup hingga Allah mencabut ruhku. Aku tidak akan mengangkat kedua mataku, sedangkan aku mengira bahwa dirikulah sebenarnya yang menaruhnya hingga aku dimatikan, dan aku tidak akan menelan sesuap (makanan), kecuali aku mengira bahwa aku tidak akan memasukkannya ke tenggorokan hingga aku tersekat dengannya karena menjelang kematian.”

Kemudian beliau bersabda, “Hai anak Adam, jika kalian berakal, maka hendaklah kalian perhitungkan diri kalian dengan kematian. Demi jiwaku yang ada pada kekuasaan-Nya, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian pasti tiba, dan kalian bukan tidak mampu.”

Rasulullah Saw. bersabda, “Generasi pertama dan ummat ini selamat dengan keyakinan dan kezuhudan, dan akhir ummat ini menjadi binasa karena sifat kikir dan panjang angan-angan.”
Dan Rasulullah Saw. bersabda, “Apakah kalian semua ingin masuk surga?” “Benar,” jawab mereka.“Pendekkanlah angan-angan kalian, jadikan ajal kalian ada di hadapan mata kalian, dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya,” sabda beliau.


Kematian Dimata Orang Arif
Orang ‘arif yang paripurna tidak putus-putus menyebut dan mengingat Allah, tidak lagi mengingat mati, bahkan dia itu fana’ dalam tauhid. Dia tidak pernah menoleh ke masa lalu dan masa depan, tidak pula keadaan dari sisi bahwa itu sekadar keadaan. Dia adalah anak waktunya, patuh kepada sang waktu. Maksudnya, dia seperti orang yang menyatu dengan yang diingat atau disebutkannya. Kami tidak menyatakan bahwa dia menyatu dengan Dzat Allah Swt. Hal ini jangan Anda rasionalisasikan, nanti Anda tergelincir dan salah, kemudian buruk sangka.

Orang ‘arif tidak lagi merasakan rasa takut/cemas (khauf) dan rasa berharap (raja’), karena khauf dan raja’ itu adalah cambuk yang menggiring seorang hamba kepada suatu kondisi yang penuh dengan rasa. Lalu bagaimana ia akan mengingat mati, padahal tujuan mengingat mati itu adalah agar hubungan ikatan kalbunya dengan apa yang bisa ditinggalkan setelah kematian itu terputus. Sedangkan seorang ‘arif telah mengalami mati, dalam kaitannya dengan hak dunia dan apa saja yang akan ia tinggalkan dengan terjadinya kematian itu. Dia juga bebas dari orientasi kepada akhirat, apalagi pada dunia. Selain Allah Swt, baginya rendah dan hina. Maut baginya merupakan penyingkapan tirai agar tambah jelas dan yakin. Inilah makna ucapan Sayyidina Ali r.a, “Jika tirai itu telah dibuka, maka belum bisa menambah keyakinan bagiku.”
Orang yang melihat orang lain dari balik tirai, keyakinannya belum bertambah dengan tersingkapnya tirai, hanya saja, bertambah jelas.


Maka mengingat mati itu dibutuhkan oleh orang yang kalbunya masih menoleh pada dunia, agar dia tahu bahwa dia akan berpisah dan meninggalkannya, sehingga dia tidak selalu cinta dunia. Karena itulah, Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Ruhul Quds (Jibril) membisik dalam hatiku, ‘Cintailah apa yang kamu cintai, sesungguhnya kamu akan berpisah dan meninggalkannya. Puaskanlah hidupmu, sebab sesungguhnya kamu itu adalah mayit. Dan beramallah sesukamu, karena sesungguhnya kamu mendapat imbalan dengannya’.”

Hakikat Dan Esensi Mati
Barangkali Anda ingin tahu hal-ihwal dan hakikat mati. Anda tidak akan pernah mengetahui hal itu sebelum Anda tahu tentang hakikat hidup. Anda tidak akan pernah mengetahui hakikat hidup sebelum Anda tahu tentang ruh; itu adalah diri Anda, esensi dan jatidiri Anda. Ruh adalah hal yang tersembunyi dalam diri Anda. Anda jangan terlalu giat untuk mengenal Tuhan sebelum Anda kenal diri Anda. Maksud kami dengan diri Anda adalah ruh Anda, sesuatu yang dinisbatkan kepada Allah Swt. dalam firman-Nya yang berbunyi, “Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhanku’.” (Q.s. Al-Isra’: 85).Dan dalam firman-Nya yang berbunyi, “Dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku.” (Q.s. Al-Hijr: 29).

Dimaksud ayat tersebut bukan ruh jasad yang halus, yang merupakan pembawa energi indera dan gerak, yang bersumber dari hati dan menyebar ke seluruh tubuh; menyebar ke seluruh rongga urat-urat yang berdenyut. Dari Situ mengalir cahaya indera penglihatan pada mata, cahaya indera pendengaran pada telinga, dan pada seluruh kekuatan dan indera-indera lainnya; sebagaimana cahaya pelita mengalir ke seluruh sisi rumah. Ruh Ini sama dengan ruh binatang, ia bisa menjadi binasa dengan maut, sebab itu adalah uap yang kematangannya terus stabil ketika minyaknya masih stabil. Bila minyak itu telah labil, ia jadi rusak sebagaimana cahaya yang mengalir dari pelita itu punah ketika pelita itu padam, karena minyaknya telah habis, atau karena dipadamkan.

Ruh semacam ini menjadi binasa (rusak) dengan terputusnya makanan (bagi manusia atau binatang), karena makanan bagi ruh tersebut minyak bagi pelita. Pembunuhan terhadapnya seperti tiupan pada pelita. Ruh semacam ini, kesehatan dan stabilitasnya menjadi garapan ilmu kedokteran. Ruh ini tidak memikul ma’rifat dan amanat. 










AKU ADALAH TUHAN ! TAPI TUHAN BUKANLAH AKU!



Siapakah Aku?

Diriku Adalah Dirimu Tapi Aku Bukanlah Engkau!

Yaa Tuhan… alangkah menakjubkan ketika aku hidup, aku tidak tahu dimana Kau berada. Padahal Kaulah yang ADA, tapi mengapa yang ADA menjadi TIDAK ADA, apakah yang ADA itu TIDAK ADA? Ataukah yang TIDAK ADA itu yang ADA? kalau begitu matikan aku biar aku tidak ada sehingga aku mengenal yang ada dan lebur kedalamnya .

Kalau begitu siapa hakikat aku ?

Yaa Alloh… aku tahu ketika aku jatuh, hancur itu karena diriku yang ada disana, dan ketika diriku tidak ada disana semua berubah kulihat tidak ada siapa siapa, dan ketika aku tidak bisa melihat apa-apa nyatalah hanya Engkau, Engkau sendiri. tidak ada siapa-siapa lagi. karena Engkaulah Alloh Tuhan yang tiada apapun selain Engkau.

Dan siapakah diriku ini? Yang pasti aku bukanlah Engkau, karena aku bukanlah apa apa dan bukan siapa-siapa.

Yaa Tuhan… ketika mata melihat dan telinga mendengar, hati merasakan semakin kulihat, kudengar dan kurasakan semakin buta, tuli dan pekak jiwa ini.

Yaa Salam.. Yaa Tuhanku.. kucoba kucari disana tak kutemukan kau disana, sehingga aku tersesat disana. semakin aku meronta, berusaha semakin jauh aku tersesat. jalanku buntu akhirnya aku diam, pasrah siap hancur, dan mati.

Dan ketika selimut mati kau selimutkan padaku. maka tiadalah aku. dan alangkah terkejutnya diriku karena nampak semuanya itu palsu, fatamorgana, tidak ada dan kosong belaka.

Yaa Alloh Tuhanku mengapa aku melihat ?
Mengapa aku mendengar dan merasakan sesuatu yang tidak ada dan kosong ?

Alangkah Agungnya Kau Tuhanku, ciptaan, makhluk-Mu dari yang tidak ada kau jadikan ada, menjadi aku buta tidak mengenalMu sama sekali. maka kembalikan aku dalam ketiadaan karena sesungguhnya aku tak kan pernah ada.

Yaa Alloh Tuhanku kalau begitu siapakah aku ini ? karena aku tidak pernah ada, dan aku bukan apa apa dan bukan siapa siapa.

Firman Alloh :

“Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya aku akan mengingatmu pula. Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS. Al-Baqarah 152)

Hebat dan mulya sekaliTuhan yang Maha Agung dan Maha Wujud mengingat hamba yang lemah dan tidak wujud.Hanya karena mengingat-Nya.

Maka Siapa yang bisa mengingat-Nya ?

Apakah yang tidak ada bisa mengingat yang ada ?

Apakah DIA mengingat DIA? tentu tiada keraguan lagi.

Mungkinkah yang TIDAK ADA bisa bersukur kepada yang MAHA ADA ? tentu tidak dan mustahil.

Maka DIALAH Yang Bersukur Pada DIA’

Didalam Azzumar 30 :

“Innaka Mayyitun Wa Innahum Mayyitun”

Sesungguhnya kau adalah mati dan kamu semua adalah mati.

Karena yang hidup dan yang ada hanya satu Alloh!

Didalam surat Al Anbiya’ 21

Sekiranya ada di langit dan di bumi (jagad) tuhan-tuhan selain Allah, maka rusaklah jagad ini.

Karena mustahil ada dua yang wujud dan mustahil ada dua yang MAHA.

Firman Allah : “Kullu Syai In Haalikun Illaa Waj Hah”

“Segala sesuatu rusak hancur kecuali Alloh”.

Karena semuanya adalah ciptaan dan tidak ada, hancur dan binasa.

Rasulullah SAW bersabda : “Alaa Kullu Syai In Maakholalloha Baatil.”

“Camkanlah, bahwa segala sesuatu selain Allah itu palsu, kosong, tidak ada. Dan tiap nikmat kesenangan dunia pasti rusak lenyap”.

Firman Allah surat Al Anfal l1 :

Dan bukanlah Kau yang melempar (ingat,syukur,ibadah,dll)tetapi Alloh lah yang melempar (ingat,sukur,ibadah.dll.)

Maka barang siapa yang lebur kedalamnya, maka Alloh berfirman :

“….maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al Furqon70)

Ya Alloh ,Ya Tuhan Kami…. Siapakah Kau ?
Apakah Kau ada didalam diriku ?
Sesuci inikah diri ini ?Apakah kau dihatiku ?
Apakah juga sesuci inikah hati ini ?

Kau yang suci adalah hanya sebuah nama. Perkenankanlah kami Ya Alloh untuk mengenal dibalik asma Agung itu.

Kusebut AsmaMu, kuingat asmaMu tapi aku tidak tahu siapakah diriMu, sehingga ku ucap ALLOHU AKBAR, ALLOHUSSOMAD, ALLOHU KHOLAQOSSAMAWAA TI WAL ARD tapi tetap aku tidak tahu.

Butakah diriku ini ? Kusebut asmaMu tapi lupa, ku ingat asmaMu tapi lupa, kusembah DIRIMU tapi aku tidak tahu.

Dimana Kau kucari ya Tuhanku ? yang tau Kau adalah Kau, yang ingat Kau adalah Kau,yangmelihat Kau adalah Kau. Semuanya ini ada digenggamanMu karena semuanya adalah IRODATMU.

Apa arti diri ini?

Diri ini tiada arti, tidak ada apa apa dan bukan siapa siapa.

Tapi mengapa harus ada? mengapa harus hidup ?

Dholim amat diri ini bila harus ada dan harus hidup. Lenyapkanlah Ya Alloh semuanya ini kembalikanlah kami kepangkuanMu agar aku tahu tentang diriMu


CARA NABI MUHAMMAD SAW MENJAGA KESEHATANYA DAN BEROBAT


SEHAT ADALAH NIKMAT TERBAIK KEDUA SETELAH IMAN:

Rasulullah SAW: Mohonlah kepada Allah kesehatan. Sesungguhnya karunia yang lebih baik sesudah keimanan adalah kesehatan. (HR. Ibnu Majah)
Meski kaya, tapi jika sakit seperti lumpuh/buta karena stroke/diabetes, niscaya tidak nyaman.
Ternyata dalam Islam, Nabi sudah mengajarkan kita cara merawat kesehatan. Dari berbagai hadits kita ketahui Nabi tidak pernah sakit berat selama hidupnya kecuali saat sakarotul maut. Nabi fisiknya sangat bagus sehingga tidak ada yang mampu mengalahkannya bergulat. Nabi kerap memimpin pasukan perang. Bahkan pasukan militer terbesar saat itu, Romawi, tidak berani berperang melawan Nabi di Tabuk.
Bagaimana cara Nabi menjaga kesehatan?
Salah satunya adalah dengan rutin berbekam. Darah kotor Nabi dikeluarkan (sekitar 2,5%). Dalam 3 hari, tubuh segera memproduksi darah baru yang segar dan bersih.
Kita tahu bahwa darah tinggi/stroke terjadi karena penggumpalan darah. Kenapa tidak dibuang lewat bekam darah menggumpal tersebut? Berbagai penyakit seperti Kolesterol, Asam Urat, Gula Darah, dsb dideteksi karena kandungannya dalam darah sangat tinggi. Kenapa darah kotor/berpenyakit tersebut tidak dibuang secara bertahap dan diganti dengan darah baru yang bersih?

Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah bersabda: “Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas.” (HR Bukhari)
Dari Anas bin Malik ra.: Nabi bersabda: Sebaik-baik obat yang kamu gunakan adalah berbekam, atau: Berbekam adalah obat yang paling baik bagimu. (HR Muslim)
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah berbekam dalam keadaan ihram dan pernah berbekam sewaktu berpuasa. (HR Bukhari).
Dari lebah keluar madu yang merupakan obat bagi manusia.” [An Nahl 69]. Ternyata madu selain nutrisinya sangat tinggi juga mengandung anseptik , antioksidan dan antibakteri serta obat yang berkhasiat.

Dari Abu Hurairah ra.: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya pada jintan hitam (Habbatus Saudah) terdapat obat untuk segala penyakit kecuali mati. (HR Muslim)

Ternyata dalam Habbatus Saudah terdapat berbagai zat obat seperti Omega 3, Omega 6, Omega 9 yang melancarkan peredaran darah, Phytosterol anti tumor, Thymoquinone (anti kanker), Arginin (meningkatkan imunitas), dsb.
Minyak Zaitun (At Tiin 1) ternyata bermanfaat untuk melancarkan pernafasan, fungsi usus, dan menurunkan kolesterol/darah tinggi.

“Makanlah kalian dengan buah Zaitun/ minyak zaitun dan gunakan menggosok (mengoles) dengan minyak zaitun, sesungguhnya (Zaitun) dari pohon yang diberkahi” (Al-Baihaqi & Ibnu Majah).

Biasakanlah minum Madu, Habbatus Saudah, dan Minyak Zaitun setiap hari agar daya tahan tubuh lebih kuat dan organ seperti usus, ginjal, hati, dsb tidak mengalami kerusakan.
Saat sakit, coba terus makan dengan teratur. Jika tak ada nafsu makan, coba minum Madu dan Sari Kurma 2 sendok makan setiap 2 jam.
Islam mengajarkan kita untuk ikhtiar, doa, dan tawakkal kepada Allah serta selalu sabar dan syukur sehingga pikiran tenang dan tidak stress. Sebagian penyakit berasal dari pikiran. Oleh karena itu hendaklah kita menjaga pikiran kita agar tenang selalu. Lakukan shalat malam dan juga dhuha secara teratur. Hendaklah bibir senantiasa basah karena berdzikir kepada Allah.
Allah memerintahkan kita makan makanan yang halal dan baik dan tidak berlebihan. Makanan harus seimbang antara karbohidrat, lauk/protein, sayur, buah-buahan, dan susu.
Makanlah dengan tangan. Mungkin kita menganggapnya kotor. Tapi tangan bisa jadi alat untuk mendeteksi apakah makanan terlalu panas, pedas, atau ada durinya.
Dikunyah di mulut 33x agar perut dapat mencernanya. Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Perut diisi 1/3 dengan makanan, 1/3 air, dan 1/3 udara. Puasa Senin-Kamis.
Nabi memerintahkan ummat Islam berolahraga sehingga bukan cuma sehat, tapi juga kuat melawan musuh.
Tidur harus cukup yaitu 8 jam/hari, sementara 8 jam lain untuk kerja, dan 8 jam lain untuk keluarga dan ibadah.
Kita harus yakin setiap penyakit ada obatnya dan Allah yang menyembuhkan. Tanpa keyakinan bahwa Allah Maha Menyembuhkan, obat sebaik apa-pun tidak bisa menyembuhkan.
Obati penyakitmu dengan sedekah

“Bentengi Hartamu dengan Zakat, Obat Orang Sakit dari Kalanganmu dengan Sedekah dan Persiapkan Do’a untuk Menghadapi Datangnya Bencana”. (HR. Tabrani).

Demikian sekedar “seayat” dari ajaran Islam tentang hidup sehat cara Nabi Muhammad SAW

KISAH NABI MUHAMMAD SAW LENGKAP DARI LAHIR HINGGA WAFAT





Sebagai umat Islam, tentu saja kita wajib mengetahui tentang kisah Nabi Muhammad Saw. Kisah kehidupan beliau bukan hanya untuk dibaca atau didengarkan saja, tetapi dapat dijadikan contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kisah hidup Rasulullah Saw. memang penuh dengan hikmah. Meskipun beliau seorang nabi dan rasul pilihan Allah, hidupnya tidak lantas selalu bahagia dan mudah. Beliau juga tetap menerima cobaan dan tantangan dalam berdakwah menyebarkan agama islam.
Kesabaran, kegigihan, dan semangat beliaulah yang harus kita jadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang diridai oleh Allah Swt..
Meskipun kisah hidup beliau sudah banyak kita dengar, tetapi masih ada juga beberapa di antara kita yang belum pernah mengetahui kisah Rasulullah secara lengkap.
Oleh karena itu, marilah kita kembali membaca kisah Nabi Muhammad Saw., sang rasul penuntun umat, dari beliau dilahirkan hingga wafat.

KISAH KELAHIRAN DAN MASA KECIL NABI MUHAMMAD SAW

Nabi Muhammad Saw. dilahirkan di Mekkah pada tahun 570 M, yaitu pada tahun yang sama ketika Raja Abrahah dari Yaman melakukan penyerbuan ke Mekkah dengan maksud untuk menghancurkan Kakbah. Tahun tersebut juga dinamakan sebagai Tahun Gajah karena pasukan penyerang Raja Abrahah menggunakan gajah sebagai tunggangannya. Para ulama menyepakati bahwa tanggal lahir Nabi Muhammad Saw. jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Enam bulan sebelum dilahirkan, ayah Nabi Muhammad Saw. yang bernama Abdullah wafat. Setelah dilahirkan, sesuai dengan tradisi bangsa Quraisy pada masa itu, Muhammad kecil kemudian diasuh dan disusui oleh Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah hingga beliau berumur dua tahun.
Setelah selesai masa pengasuhan Halimah, ibunda sang nabi, yaitu Aminah, kembali menjemput dan membawa beliau ke Madinnah. Pengasuh nabi yang baru bernama Ummu Aiman. Sayangnya, nabi kemudian menjadi seorang yatim piatu saat dirinya berusia 6 tahun setelah ibu Nabi Muhammad Saw. meninggal karena sakit.
Nabi kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib hingga usianya 8 tahun. Sepeninggal kakeknya, nabi dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Pada usia 9 tahun, nabi sudah diajak berdagang oleh pamannya hingga ke negeri Syam (Suriah).
Ketika sedang berada di kota Basrah, rombongan pedagang Abu Thalib berjumpa dengan pendeta Nasrani yang bernama Buhaira. Pendeta tersebut lalu memberitahukan kepada Abu Thalib bahwa keponakannya itu memiliki tanda-tanda kenabian. Buhaira berpesan kepada Abu Thalib untuk senantiasa menjaga Muhammad, karena kelak, dia akan menjadi rasul terakhir yang sudah ditakdirkan oleh Allah Swt.

KISAH PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD DENGAN KHADIJAH
Sejak usia belia, Nabi Muhammad terkenal dengan julukan Al-Amin. Al-Amin artinya adalah orang yang dapat dipercaya. Gelar ini diperoleh karena beliau selalu jujur dalam berdagang. Beliau tidak pernah menutup-nutupi dagangannya yang rusak, kondisi barang dagangannya selalu beliau tunjukkan kepada para pembelinya tanpa berbohong.
Karena gelar inilah, Khadijah binti Khuwailid yang merupakan seorang janda dan saudagar kaya raya tertarik untuk mempekerjakan beliau. Khadijah kemudian memercayakan pengaturan bisnisnya kepada Nabi Muhammad Saw.. Khadijah sangat terkesan ketika baginda nabi membawakan keuntungan berdagang yang berkali lipat jumlahnya.
Kedekatan di antara keduanya kemudian terus berlanjut. Bukan hanya terkait masalah berniaga saja, tetapi keduanya juga jatuh hati. Meskipun Khadijah merupakan seorang janda berusia 40 tahun, Nabi Muhammad Saw. yang pada waktu itu berusia 25 tahun tidak keberatan untuk menikahi Khadijah.

KERASULAN DAN KISAH TURUNNYA WAHYU PERTAMA

Menginjak usia 40 tahun, Muhammad ditetapkan oleh Allah Swt. sebagai seorang nabi dan rasul. Hal ini ditandai dengan diturunkannya wahyu pertama oleh Allah Swt. lewat perantara Malaikat Jibril ketika sang nabi sedang berada di Gua Hira.
Wahyu pertama yang turun kepada nabi adalah surah Al-Alaq ayat 1-4 yang berbunyi:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dengan turunya wahyu tersebut, Muhammad telah resmi menjadi seorang nabi dan rasul. Maka dari itu, beliau juga berkewajiban untuk berdakwah dan menyampaikan kebenaran dari Allah Swt kepada seluruh umatnya.
Beliau kemudian melakukan dakwah pertamanya secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang pertama kali menjadi pengikut baginda Rasullah dalam dakwah secara sembunyi-sembunyi ini adalah istri beliau, Khadijah, sahabat beliau, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, pengasuh beliau, Ummu Aiman, keponakan beliau, Ali bin Abu Thalib, dan seorang budak, Bilal bin Rabah. Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam ini juga sering disebut sebagai As-Sabiqun al-Awwalun.
Setelah tiga tahun menjalankan dakwah secara diam-diam, turun perintah dari Allah SWT lewat surah Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan nabi untuk berdakwah secara terang-terangan. Ayat tersebut berbunyi:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”

KISAH NABI MUHAMMAD SAW. MELAKUKAN ISRA MI’RAJ DAN MENDAPAT PERINTAH SALAT
Peristiwa luar biasa ini terjadi di tahun kesebelas kenabian Muhammad Saw.. Tahun ini juga biasa disebut sebagai tahun kesedihan, karena pada tahun ini, Abu Thalib dan Khadijah wafat.
Untuk menghibur nabi Muhammad Saw. yang sedang bersedih, Allah kemudian mengutus malaikat Jibril untuk mendampingi nabi melakukan perjalanan Isra Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sedangkan Mi’raj merupakan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa naik ke langit ketujuh.
Di langit ketujuh inilah, Rasulullah mendapatkan perintah salat 5 waktu yang wajib dikerjakan oleh seluruh umat Islam.

KISAH NABI MUHAMMAD SAW. HIJRAH KE MADINNAH
Akibat perlakuan para penduduk Mekkah yang kasar terhadap para pemeluk Islam, timbullah gagasan untuk hijrah. Hijrah ini juga sebagai langkah awal Rasulullah dalam menyebarluaskan agama Islam ke seluruh jazirah Arab.
Umat Islam dari kota Mekkah, termasuk Nabi Muhammad Saw. kemudian hijrah ke kota Yastrib pada tahun 622 M. Kota tersebut kemudian dikenal sebagai Madinnah atau Madinatun Nabi yang berarti Kota Nabi. Di Madinnah pula, Rasulullah mewujudkan sistem pemerintahan Islam atau kekhalifahan.


WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW
Baginda Nabi Muhammad Saw. wafat pada bulan Juni 632 M atau pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah dalam usia 63 tahun karena sakit demam yang dideritanya. Makam Nabi Muhammad Saw. saat ini dapat ditemukan di kompleks Masjid Nabawi, Arab Saudi. Nabi Muhammad Saw. menjalankan masa dakwahnya selama kurang lebih 23 tahun.


KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW
Anak Nabi Muhammad Saw. berjumlah 7 orang, 3 di antaranya laki-laki dan 4 merupakan perempuan. Mereka adalah Al Qasim, Zainab, Ruqaiyah, Fatimah Az Zahra, Ummu Kultsum, Abdullah dan Ibrahim.

MUKJIZAT NABI MUHAMMAD SAW
Mukjizat terbesar dari Nabi Muhammad Saw. adalah Al-Quran . Mukjizat lainnya yang terdapat pada Nabi Muhammad adalah perjalanan Isra Mi’raj dan dapat membuat bulan terbelah hanya dengan menggunakan jari tangannya saja. Mukjizat-mukjizat ini tentu saja wajib kita percayai sebagai umat Islam.
Itulah ringkasan kisah Nabi Muhammad Saw. yang sudah sepatutnya kita ketahui dan selalu kita ingat. Semoga, dengan mengetahui sejarah Rasulullah, kita dapat lebih banyak belajar lagi untuk dapat menjadikan beliau sebagai pedoman dalam hidup.
Mengapa kita wajib menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman? Karena kelak, ketika di padang Mahsyar, beliau hanya akan menolong umat-umatnya yang taat kepada ajarannya.


AKU ADALAH TUHAN ! TAPI TUHAN BUKANLAH AKU!

Siapakah Aku? Diriku Adalah Dirimu Tapi Aku Bukanlah Engkau! Yaa Tuhan… alangkah menakjubkan ketika aku hidup, aku tidak tahu dim...