BIOGRAFI IMAM SYAFI’I ,MASA KECIL,
MASA BELAJAR, DAN KARYA IMAM SYAFI’I
Abu Abdullah Muhammad bin Idris
asy-Syafi’i al-Muththalibi al-Qurasyi
menjadi salah satu ulama besar dalam sejarah umat Islam. Beliau lebih dikenal
dengan nama Imam Syafi’i dan merupakan pendiri mazhab Syafi’i yang menjadi
mazhab dominan di Indonesia.
Pengetahuan
keilmuan seorang Imam Syafi’i pun tidak perlu diragukan. Beliau mendapatkan
ilmunya dari para guru yang berpengetahuan luas. Apalagi, nasab beliau juga
bertemu dengan Rasulullah SAW, sama-sama merupakan keturunan Abdi Manaf.
Bedanya,
Nabi Muahammad SAW merupakan cucu dari Abdul Muthalib yang merupakan anak dari
Hasyim. Sementara itu, garis nasab Imam Syafi’i berasal dari Al-Muthalib yang
merupakan saudara dari Hasyim.
Berikut
adalah biografi Imam Syafi’i bagi Anda yang ingin mendalami kisah beliau.
KELAHIRAN DAN MASA KECIL IMAM SYAFI’I
Beliau
lahir dari pasangan Idris bin Abbas dan Fatimah al-Azdiyyah di Kota Gaza,
Palestina pada tahun 767 Masehi atau 150 Hijriah. Namun, sebagian kecil ahli
sejarah mengungkapkan kalau Imam Syafi’i lahir di Asqalan, kota yang berjarak
sekitar 18 km dari Kota Gaza.
Nama
Imam Syafi’i merupakan nama pemberian dari orang tuanya. Nama itu adalah
kombinasi antara nama dua orang, yakni Nabi Muhammad SAW dan kakeknya, yakni
Syafi’i bin asy-Syaib. Dalam kesehariannya, beliau pun memperoleh panggilan
asy-Syafi’i.
Seperti
halnya Rasulullah, asy-Syafi’i merupakan anak yatim. Hanya saja, kalau Nabi
Muhammad ditinggalkan ayahnya, saat dalam kandungan, asy-Syafi’i menjadi anak
yatim setelah kelahiran. Dan, seperti Rasulullah, Imam Syafi’i juga harus hidup
dalam kondisi serba kekurangan.
Namun,
kondisi keluarga yang miskin tersebut tidak membuat semangat belajar seorang
Imam Syafi’i luntur. Bahkan, beliau pun dikenal sebagai seorang anak yang punya
motivasi tinggi dalam mempelajari ilmu. Ibunda beliau pun sangat mendukung
serta memberikan akses belajar ke ulama-ulama terkemuka.
MASA BELAJAR DAN GURU-GURU IMAM SYAFI’I
Banyak
bukti yang menunjukkan betapa tingginya motivasi belajar seorang Imam Syafi’i.
Di tengah kondisi ekonomi keluarga yang tidak menentu, asy-Syafi’i tidak patah
arah. Sebagai gantinya, beliau kerap mencari tulang-tulang hewan, potongan
kulit, pelepah kurma, dan lain-lain sebagai media menulis.
Pada
usia 7 tahun, beliau pun sudah berhasil menghafal Al-Quran. Selanjutnya, di
umur 12 tahun, Imam Syafi’i telah mengingat seluruh isi kitab Al-Muwaththa’
yang merupakan hasil karya Imam Malik. Selain itu, beliau juga dikenal memiliki
ketertarikan dalam mempelajari bahasa dan sastra Arab.
Dalam
masa pencarian ilmunya, Imam Syafi’i pun kerap melakukan perantauan. Beberapa
daerah yang pernah disambangi oleh asy-Syafi’i antara lain adalah:
1. KOTA MEKKAH
Pada
usia 10 tahun, ibu asy-Syafi’i membawanya ke Mekkah. Hal ini dilakukan agar
Imam Syafi’i kecil bisa belajar dengan lebih baik. Terutama, karena bisa
memperoleh akses yang cepat ke berbagai ulama besar yang ada di Tanah Suci.
Di
sini, Imam Syafi’i pun berkesempatan untuk berguru kepada beberapa ulama fikih
ternama. Guru-guru beliau ketika berada di Kota Mekkah antara lain adalah:
- Muslim bin az-Zanji yang merupakan mufti Kota Mekkah pada masa tersebut.
- Dawud bin Abdurrahman al-Atthar.
- Muhammad bin Ali bin Syafi’i yang merupakan paman beliau.
- Sufyan bin Uyainah.
- Abdurrahman bin Abi Bark al-Mulaiki.
- Sa’id bin Salim.
- Fudhail bin al-Ayyadl
2. KOTA MADINAH
Setelah
menempuh pendidikan di Kota Mekkah, beliau melanjutkan perburuan ilmunya ke
Madinah. Di sinilah terjadi pertemuan antara Imam Syafi’i dengan Imam Malik.
Beliau pun secara khusus merupakan pengagum dari Imam Malik, apalagi setelah
menghafal buku karangannya. Asy-Syafi’i pun menetap di Madinah hingga Imam
Malik wafat pada tahun 179 Hijriah.
Selain
berguru kepada Imam Malik, ada beberapa ulama yang juga menjadi tempat belajar
Imam Syafi’i di Madinah, yakni:
- Ibrahim bin Abu Yahya.
- Abdul Aziz ad-Darawardi.
- Athaf bin Khalid.
- Ismail bin Ja’far.
- Ibrahim bin Sa’d.
- Dan lain-lain.
3. YAMAN
Imam
Syafi’i menjejakkan kakinya ke Yaman pada usia 21 tahun. Saat itu, beliau pun
memperoleh kedudukan tinggi di kalangan ulama. Namun, hal itu tidak membuat
sosok asy-Syafi’i puas. Selama di Yaman, ulama-ulama yang menjadi guru beliau
antara lain:
- Mutharrif bin Mazin.
- Hisyam bin Yusuf al-Qadhi.
- Umar bin Abi Salamah.
- Yahya bin Hasan.
KARYA IMAM SYAFI’I
Semasa hidupnya, Imam Syafi’i pun
telah menelurkan beberapa karya.
- Al-Umm
- Ar-Risalah
- Al-Mabsuth
- Al-Hujjah
- Bayadah al-Fardh
- Dan lain-lain
Selain
itu, beberapa ulama terkenal juga pernah menjadi murid dari Imam Syafi’i.
Termasuk di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal yang
dikenal sebagai pendiri mazhab Hambali. Selain itu, beberapa murid lainnya dari
Imam Syafi’i adalah:
- Al-Hasan bin Muhammad az-Za’farani.
- Ishaq bin Rahawaih.
- Harmalah bin Yahya.
- Sulaiman bin Dawud al-Hasyimi.
- Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid al-Kalbi.
- Dan lain-lain.
IMAM SYAFI’I SOSOK YANG RENDAH HATI
Meski
dikenal sebagai salah satu ulama terbesar, Imam Syafi’i merupakan seorang yang
rendah hati. Bahkan, dalam kesehariannya, beliau adalah sosok zuhud yang memilih
hidup sederhana dan jauh dari kemewahan.
Hal
itu pun tercermin dalam berbagai sikap yang beliau lakukan. Salah satunya
adalah saat beliau membawa uang sekitar 10 ribu dirham ketika pulang dari Yaman
menuju ke Mekkah. Alih-alih menggunakan uang tersebut untuk hidup mewah, beliau
memilih untuk membagikan uang tersebut kepada orang-orang fakir di Mekkah.
Itulah
ringkasan biografi Imam Syafi’i, pendiri mazhab Syafi’i yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Kegigihan beliau dalam menuntut ilmu pun
harus menjadi teladan untuk seluruh umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar